Benarkah Ajakan Frugal Living Untuk Menghindari Kenaikan PPN 12% Bikin Ekomoni Indonesia Semakin Lesu?
toko-Kollinger-
Benarkah Ajakan Frugal Living Untuk Menghindari Kenaikan PPN 12% Bikin Ekomoni Indonesia Semakin Lesu?
Seruan Frugal Living dan Kenaikan PPN 12% Serta Dampaknya Bagi Konsumsi Rumah Tangga dan Ekonomi Indonesia
Ramai Ajakan Frugal Livig Solusi Hebat untuk Menghadapi Kenaikan PPN Mala Bikin Ekonomi Lesu?
Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% yang akan berlaku pada 1 Januari 2025 memicu berbagai reaksi dari masyarakat. Salah satu bentuk respons yang mencuat di media sosial adalah seruan untuk menjalankan gaya hidup hemat atau frugal living. Seruan ini dipandang sebagai bentuk protes terhadap kebijakan tersebut, namun dampaknya bisa lebih luas, terutama pada konsumsi rumah tangga yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.
Konsumsi Rumah Tangga Berpotensi Melemah
Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, menyampaikan bahwa penurunan konsumsi rumah tangga sebagai respons terhadap seruan frugal living dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi nasional. Konsumsi rumah tangga selama ini menyumbang porsi terbesar dalam struktur ekonomi Indonesia, sehingga pelemahannya akan berdampak signifikan.
"Kalau konsumsi benar-benar turun, kita yang sekarang pertumbuhannya 4,9% (year-on-year) bisa jatuh lebih dalam, misalnya ke 4,8% atau 4,75%, tergantung momen seperti apa seruan frugal living-nya berlangsung, apakah menjelang hari raya atau lainnya," ujar Eko saat ditemui di Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2024).
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pengeluaran konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2024 terkontraksi sebesar -0,48% dibanding kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Padahal, pada kuartal II-2024 konsumsi rumah tangga masih mencatat pertumbuhan positif sebesar 3,12% qtq. Secara tahunan, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91% (year-on-year/yoy), tetapi melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 4,93% yoy.